SaLam BloGgeR

Sabtu, 29 Januari 2011

MAKALAH HADIS “PENDIDIKAN ANAK”

Mendidik anak secara Islami

MAKALAH HADIS
“PENDIDIKAN ANAK


Oleh By :
Ranita Parema (0855083)
-- PBI III C ---

Dosen : Yusepri M.Ag


PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
2009
********************************************************


DAFTAR ISI


Kata Pengantar.......................................................................................................    i
Daftar Isi.................................................................................................................    ii         

BAB I. Pendahuluan
1.1         Latar Belakang........................................................................................    1
1.2    Rumusan masalah....................................................................................    1         
1.3    Tujuan......................................................................................................    1

BAB II. PEMBAHASAN
2.1        Anak dalam pandangan islam..................................................................    2
2.2    Pendidikan anak......................................................................................    3
2.2.1 Masa pranatal..................................................................................    4
2.2.2 Masa balita dan kanak-kanak .........................................................    5
               2.2.3 Masa remaja....................................................................................    10
               2.2.4 Masa dewasa...................................................................................    13

BAB III. PENUTUP
3.1  Kesimpulan.................................................................................................    15
3.2  Saran...........................................................................................................    16

Daftar Pustaka........................................................................................................    17
***
BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang penting. Islam sangat memperhatikan masalah pembinaan dan pendidikan anak. Pendidikan Anak dilakukan tidak hanya sejak anak memasuki masa kekanak-kanakan. Tapi sejak masa prenatal hingga seorang anakdewasa, orang tua masih terus memberikan pendidikan pada anaknya. Masih sering terjadi anggapan bahwa pendidikan anak dimulai sejak anak balita. Padahal, sejak masa pranatal, orang tua, terutama ibu sudah mulai bisa mengajarkan pendidikan pada anak.
Pendidikan pada anak sebenarnya tidak hanya melalui pendidikan spiritual saja, emosional, saja, atau intelektual saja. Tetapi kesemuanya harus seimbang. Hal ini disesuaikan dengan taraf usia anak yang terbagi dalam masa pranatal, masa balita, kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Oleh karenanya, lebih lanjut mengeni hal itu akan dijabarkan dalam malkalah ini pada bab selanjutnya.
1.2  Rumusan Masalah
            Rumusan Masalah meliputi
  • Bagaiamana anak dalam pandangan islam?
  • Kapan dimulai pendidikan anak?
  • Bagaimana mendidik anak pada masa pranatal hingga dewasa?

1.3  Tujuan
Adapun tujuannya untuk mengetahui bagaimana pendidikan terhadap anak yang sebenranya. Sehingga dapat diketahui bahwa pendidikan pada anka itu meliputi tahap-tahap (masa-masa), mulai dari masa prenatal hingga anak dewasa. Selain itu agar pemakalh dan juga pembaca dapat mengetahui wujud pendidikan pada anak secara lebih real melalui penjabaran dalam makalah ini.
**********************************************************************
BAB II. PEMBAHASAN
MENDIDIK ANAK

2.1   Anak Dalam Pandangan Islam
Bahagia dan suka cita terasa lengkap ketika sosok mungil lahir ke dunia. Tetesan air mata bahagia kadang tak kuasa tertahan, mengingat perjuangan berat yang dilui untuk mengantarkannya ke pangkuan. Setelah menanti begitu lama, akhirnya kebahagiaan sebagai orang tua seolah telah begitu sempurna. Anak merupakan anugerah sekaligus titipan dari Allah kepada orang tua. Banyak orang mengusahakan berbagai cara untuk mendapatkan anak. Anak adalah sumber kebahagiaan, sebagai tempat mencurahkan kasih sayang dan tambatan hati di masa tua. Dr K.H Asep Zaenal Aushop,MA berpendapat bahwa anak adalah amanah sekaligus titipan yang harus di kelola .[1]
Hari demi hari, sosok mungil yang ada dulu berada dalam buaian itu, akan tumbuh menjadi sosok yang lincah dan mulai muncul dalam hati mereka perhatian terhadap penampilan dirinya dan lawan jenisnya. Tumbuh dalam diri mereka rasa suka atau syahwat yang disebut dengan masa pubertas sehingga saat itu segala perbuatan mereka akan dimintai pertanggungjawaban.
Islam sangat memperhatikan masalah pembinaan dan pendidikan anak. Oleh karena itu, sungguh sangat memprihatinkan ketika ada orang tua yang mengabaikan pendidikan anaknya dan menyerahkannya pada lembaga-lembaga seperti sekolah, terlebih sekolah-sekolah umum yang minim sentuhan agama.[2]
Anak merupakan karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepada pasangan suami istri. Setiap pasangan mengharapkan hadirnya seorang anak sebagai penerus keturunan dan pelengkap kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga. Namun demikian, banyak pasangan seringkali lupa bahwa memiliki anak memerlukan kesiapan dari berbagai sisi, baik dari sisi materi maupun fisik, mental dan spiritual.
2.2 Pendidikan anak
Orang tua yaitu ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.  Ibu merupakan orang yang pertama yang mula-mula dikenal anak menjadi temannya serta yang pertama dipercayainya. Begitu pula pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Ayah meupakan penolong utama, terutama bagi anak yang agak besar baik lai-laki maupun perempuan bila ia mau mendekati dan mau memahami hati anaknya.[3]
Pendidikan Anak dilakukan tidak hanya sejak anak memasuki masa kekanak-kanakan. Tapi sejak masa prenatal hingga seorang anakdewasa, orang tua masih terus memberikan pendidikan pada anaknya.
Dalam Islam, kita mengenal konsep pendidikan seumur hidup yang terangkum dalam kalimat “minal mahdi ilal lahdi”, dari buaian hingga liang kubur. Konsep long life education ini melibatkan banyak unsur pembentuk kepribadian manusia dari sejak dia terlahir hingga akhirnya meninggal dunia. Di antara unsur-unsur tersebut adalah: orangtua, keluarga, lingkungan, sekolah, dan teman. Jika dilihat dari beberapa unsur tersebut, kita bisa melihat dengan jelas, orangtua merupakan unsur terdekat yang akan sangat mempengaruhi kepribadian seorang anak.
Rasulullah Saw mengingatkan peran penting orangtua ini dengan sabdanya:
“Setiap anak dilahirkan sesuai dengan fitrahnya, hanya kedua orang tuanyalah yang akan membuat dirinya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani atau seorang Majusi.” (HR Bukhari ,Ibnu  Hibban DanBaihaqi)
Tentunya hadits ini tidak dipahami bahwa orangtua sebagai suatu unsur tunggal sebagai penentu masa depan anak. Tapi, harus disadari bahwa orangtua mempunyai peran yang sangat penting bagi masa depannya. Hal ini juga disinggung dalam sebuah peribahasa “Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”. Keterlibatan peran orangtua bisa bersifat genetik dan non-genetik. Secara genetik, beberapa sifat yang dipunyai anak cenderung diperoleh dari sifat-sifat orangtuanya. Tapi, secara non genetik beberapa perilaku anak dipengaruhi oleh sikap orangtua.
Bimbingan, perhatian dan kasih sayang yang terjalin antara kedua orang tua dengan anak-anaknya, merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis anak serta niali-nilai social dan religius pada diri anak didik.[4]
Di sinilah orangtua menjadi unsur yang sangat penting bagi pendidikan anak.
Sampai pada titik ini, kita diingatkan untuk memperhatikan dua hal penting: pertama, pendidikan sebagai suatu proses seumur hidup, dan kedua, peran sentral orangtua dalam Membentuk Kepribadian anak.[5]

2.2.1  Masa Pranatal
Dari beberapa pendapat serta sumber, memilih anak harus dimulai sejak memilih jodoh. Seorang lelaki harus sangat teliti dalam memilih calon istri karena dominasi seorang ibu terhadap perkembangan anak jauh lebih besar di banding sang ayah.Dari jenis DNA yang masuk , seorang ayah hanya menyumbangkan satu jenis DNA sedangkan seorang Ibu dua jenis DNA.
Soerang ayah sifatnya hanya memberi sperma , sedangkan Ibu sembilan bulan mengandung, menyusui, bahkan saat mengandung pun tentu semua komponen dalam tubuh,darah serta karakter akan masuk mempengaruhi anak.
Kalou ibu shaleh ayahnya Preman anak masih ada harapan untuk lebih baik, sebaliknya jika si ibu yang Preman dan ayah yang sholeh , maka kemungkinan besar anak akan meniru ibunya,walaupun masih bisa diubah. Hal ini terjadi karena pengaruh ibu terhadap anak jauh lebih besar hingga 3x lipat. Memang kita sebagai orang tua tentu akan berupaya maksimal , sesuai kemampuan dalam memberikan kasih sayang kepada anak2 kita .
Seorang anak adalah produk bentukan orang tua. Saat anak berada dalam kandungan, setiap hal yang dilakukan oleh ibu, ternyata merupakan sebuah stimulus untuk sang anak, sekalipun tanpa disadarinya. Hal ini terjadi memang karena ibu dan janin yang dikandung adalah sebuah kesatuan. Dua detak jantung yang jadi satu, dua nyawa dalam satu tubuh. Dan bukan hanya makanan dan minuman dan segala hal yang diasup oleh ibu yang akan mempengaruhi perkembangan sang bayi, tapi juga hingga perkataan dan perbuatan, emosi dan kondisi kejiwaan. Semuanya membentuk sang bayi dari awal.[6]
Seorang anak sudah mampu mendengar, “melihat” dan “meraba” pada usia 20 minggu! Subhanallah.[7] Tentang tidak boleh menghina orang lain saat hamil, bukan karena takut nanti muka sang bayi yang baru lahir akan mirip hewan apalah itu, tapi karena pada saat sang ibu merasa benci ataupun marah ataupun menghina orang lain, sang jabang bayi belajar untuk melakukannya bersama ibu. Punya anak yang sangat cengeng untuk hal yang remeh temeh sekalipun? Tanya sang ibu, sensitifkah dirinya waktu hamil dulu. Alasan kenapa anak penyanyi biasanya akan jadi penyanyi juga adalah karena dilatih sejak dari dalam kandungannya[8]
2.2.2 Masa balita dan kanak-kanak
Anak memiliki dua dimensi penting yang harus kita perhatikan , yakni Dimensi fisik meliputi pertumbuhan tubuh dan kesehatannya. Sedangkan dimensi rohani atou psikis spriritual meliputi ,Pendidikan akal dan pendidikan ahlaknya. Yang terpenting yang memang patut kita perhatikan , saat anak kita lahir ucapkanlah paling tidak hamdallah sebagai sujud syukur kita ke hadirat Allah swt. Bagi para ibu susuilah si buah hati dengan di awali bismillah dan saling menatap dengan mata si kecil yang  konon katanya dengan saling menatap maka unsur kejiwaan ibu - anak semakin dekat.[9]
a.       Mengazankan ketika sang bayi Lahir
      Mengazankan bayi merupakan sunnah yang diperintahkan Rasulullah SAW kepada orang tua yang baru kelahiran bayi. Barangkali salah satu hikmahnya adalah bahwa  kalimat pertama yang diperdengarkan pertama kali adalah kalimat tauhid. Sedangkan landasan syar'i dari pelaksanaan azan kepada anak bayi ada beberapa hadits. Di antaranya adalah hadits berikut ini:[10]
رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍ حِيْنَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلاَةِ
“Saya melihat Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- mengumandangkan azan di telinga Al-Hasan bin ‘Ali -seperti azan shalat- tatkala beliau dilahirkan oleh Fathimah.”
Diriwayatkan oleh Abi Rafi' bahwa Nabi SAW mengazani telinga al-Hasan ketika dilahirkan oleh Fatimah ra. (HR Abu Daud, At-Tirmizy dengan sanad shahih).
Ada juga khabar dari Ibnu As-Sinni dari Al-Hasan bin Ali dengan sanad marfu', "Siapa yang mendapat kelahiran anak lalu mengazanilah pada telinga kanannya dan mengiiqamati pada telinga kirinya, maka tidak akan dicelakakan jin."
Orang tua hendaknya mengazankan buah hatinya ketika lahir. Pada umumnya, sang ayah yang mengazani bayinya. Inti dari mengazankan ini untuk memperdengarkan Nama Allah dan memperdengarkan bayi terhadap hal baik yang mestinya diddengar untuk pertama kalinya.
b.      Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual pada anak tidak selalu identik dengan masalah reproduksi sebagaimana yang diterjemahkan oleh sebagian orang. Pendidikan seksual dapat diberikan sejak usia dini, yaitu sejak masa bayi. Sangat sedikit orang tua yang menyadari bahwa mereka telah mulai melakukan penggolongan seks terhadap bayi mereka, seperti menentukan warna pink untuk selimut, popok atau pernak-pernik bayi perempuan, dan warna biru untuk bayi laki-laki. Mereka juga mengatur kamar bayi dan memberikan mainan-mainan sesuai dengan jenis kelamin anak. Lambat laun, anak-anak akan mulai belajar mengidentifikasi dan menyesuaikan perilakunya dengan peran seksual yang diberikan oleh orang tuanya serta lingkungannya.[11]
Pada awal masa kanak-kanak, anak mulai tertarik dengan masalah di sekitarnya. Tidak jarang muncul pertanyaan-pertanyan yang mungkin agak mengundang kebingungan orang tua seperti, “Ummi, dari mana adik muncul?”. Mereka akan mulai bertanya-tanya tentang hal tersebut sedangkan orang tua diharapkan mampu memberi jawaban yang tepat. Jawaban yang tepat bagi anak bukanlah jawaban abstrak atau jawaban yang memutar-mutar. Banyak pula orang tua yang kebingungan dan merasa malu menghadapi pertanyaan anak sehingga memilih untuk menolak menjawabnya atau mengalihkan perhatian anak.
Wahai ibu, sesungguhnya ini adalah perkembangan wajar yang dialami oleh sang buah hati yang menunjukkan perhatian mereka terhadap hal-hal yang ada di sekitar mereka. Anak bertanya untuk memuaskan perasaan ingin tahu mereka, sehingga hendaknya orang tua menjawab pertanyaan mereka secara sederhana dan tanpa kebohongan. Maka jawablah pertanyaan itu semisal,
“Adik lahir dari perut ummi, seperti ibu kucing melahirkan anaknya.”
Janganlah menahan rasa ingin tahunya karena lebih berbahaya apabila si kecil mencari tahu kepada selain kita dan mungkin ia justru mendapatkan informasi yang salah.
c.       Memberi nama dan mengajari adab yang baik.
      Orang sering beranggapan apalah arti sebuh nama. Tapi Dalam Islam, orang tua juga hendaknya memilihkan nama yang baik untuk anaknya. KArena nama adalah doa. Jika nama it baik, maka doa yang diharapkan juga biaik. Sebaliknya, jika nama tidak baik, maka akan mencerminkan doa yang kurang baik  pula. Namun demikian, masih ada anak yang namanya tidak mencerminkan akhlaq baik. Hal ini dimungkin karena factor pendidikan terhadap anak yang kurang baik. Walaupun demikian, orang tua tetap harus meberikan nama yang baik terhadap anaknya.
      Pendidikan tidak hanya terbatas pada pemberian nama yang baik tapi juga mengajari adab yang baik pada anak. Kedua hal ini sesuai dengan hadist Rasul :
ﻋﻦﺍﺒﻦﻋﺒﺎﺱﺍﻧﻬﻢﻘﺎﻟﻮﺍﻴﺎﺮﺴﻮﺍﻟﺍﺎﻪﻗﺪﻋﻟﻤﺘﺎﺤﻕﺍﻟﻮﺍﻟﺪﺤﻕﺍﺪﻋﻟﻲﺍﻟﻮﻟﺪﻓﻤﺎﺤﻕﺍﻟﺪﻋﻠﻲﺍﻟﻮﺍﻟﺪ؟ﻗﺎﻝ׃ﺍﻦﻴﺤﺴﻦﺍﺴﻣﻪ٬ﻮﻴﺤﺴﻦٲﺪﺑﻪﮧﺸﻌﺐﺍﻻﻴﻣﺎﻦﻟﻟﺑﻴﻲ
Artinya:
Dari Abu Abbas, mereka berkata : Wahai rasullallah, kami sudah mempelajari hak orang tua kepada anaknya. BEliau berkata memberi nama yang baik dan perbaikilag adabnya.
Dalam hal mengajari adab yang baik, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Diantara kewajiban bapak kepada anaknya ialah memperbagus budi pekertinya dan membaguskan namanya.” (HR.Baihaqi). Para ahli pendidikan Islam menyatakan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak. 
Al-Ghazali sependapat dengan Ibnu Sina bahwa pemeliharaan kesehatan lebih baik dari pada perawatan, dan anak-anak haruslah sejak kecil dibiasakan pada adat kebiasaan yang terpiji sehingga menjadi kebiasaanya pula bila ia sudah besar.[12] 
 
d.      Menanamkan kecintaan kepada nabi dan membaca Alquran
      Seorang anak harus ditanamkan kecintaan kepada nabi sejak dini. Dalam suatu hadist diriwayatkan
ﻮﻋﻦﻋﻠﻲﺒﻦ ﺃﺒﻲﻄﺎﻠﺐ ۔ ﺮﻀﻲﺍﷲﻧﻪ – ﻗﺎﻝ ׃ ﻗﺎﻝﺮﺴﻮﻞﺍﷲ –ﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪ ﺴﻟﻡ – ׃ﺍﺪﺑﻮﻻﺪﻛﻡ ﻋﻟﻰﺨﺼﺎﻞﺸﻼﺚ   ׃ﻋﻟﻰﺣﺐ ﻧﺒﻴﻛﻢ،وﺣﺐ ﺃﻫﻝﺒﻴﺗﻪ، وﻋﻟﻰﻗﺮﺍﺀﺓﺍﻟﻗﺮﺁﻥ ۰ﺗﺤﺎﻳ ﺮﺓﺍﻟﻤﻬ ﺮ ﺓﺒﺰ ﻭ ﺍﺀﺪﺍﻟﻤﺳﺎﺍﻟﻌﺸﺮﺍﻠﻌﺸﺮﺓ
Artinya      :
 Dari Ali  bin Abu Thalib Ra, berkata Rasulullah Saw: Ajarilah anak-anakmu…………………., mencintai nambimu, dan mencintai keluargamu dan membaca al-Quran
Dengan menanamkan kecintaan anak terhadap Al-Qur'an sejak dini, maka kecintaan itu akan bersemi pada masa dewasanya kelak, mengalahkan kecintaan anak terhadap hal yang lain, karena masa pembentukan watak utama.
Bila orang tua memperdengarkan bacaan Al'Qur'an atau melatih  mengeja huruf-huruf hijaiyah pada anak secara berulang-ulang bacaan itu akan mudah diserap atau di rekam di otak si anak, sebagaimana anak begitu mudah menyerap kata-kata kotor yang diperdengarkan di depannya berulang-ulang oleh orang disekitarnya.[13]
     "Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur'an akan berkumpul beserta para malaikat yang mulia-mulia lagi baik-baik, sedangkan orang yang membaca Al-Qur'an secara 'gagap' (tidak mahir), dan susah, maka baginya diberikan dua pahala."(HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw. memiliki misi mengajarkan Kitab suci Al-qur'an, menyeru dan mendorong oran tua agar tidak lupa mendidik anak2nya membaca Al-qur'an bila mereka telah cukup umur. Hadisnya:
"didiklah anak2mu dengan tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai keluarga nabi,dan membaca Al-qur'an." (HR.Thabrani)
e.       Mengajarkan sholat (ibadah)
Selain itu, seorang anak harus dikenalkan dan diajarkan sholat sejak kecil. Hal ini dijelaskan dalam sutu hadist
ﻋﻦﻋﻣﺮﻭﺒﻥﺸﻌﻴﺏﻋﻥﺍﺒﻴﻪﻋﻥﺠﺪﻩﻗﺎﻞﻗﺎﻞﺮﺳﻭﻝﺍﻠﻠﻪﺼﻟﻰﺍﻠﻠﻪﻋﻟﻴﻪﻭﺴﻟﻡﻣﺮﺍﺃﻭﻻﺩﻛﻢﻳﺎﻟﺼﻻﺓﻭﻫﻢﺃﺒﻧﺎﺀﺴﺒﻊﺴﻧﻳﻥﻮﺍﻀﺮﺒﻮﻫﻢﻋﻠﻳﻬﺎﻮﻫﻢﺍﺒﻧﺎﺀﻋﺸﺮﻮﻔﺮﻔﻮﺍﺒﻳﻨﻬﻢﻔﻲﺍﻠﻀﺎﺟﻊ٠ﺴﻨﻦﺃﺒﻲﺪﺍﻮﺪ
Yang atinya     :
Suruhlah anak-anakmu menjalankan shalat di saat umur tujuh tahun, beri mereka
pukulan bila meninggalkan shalat di saat umur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat-tempat tidur di antara mereka.(HR Abu Dawud)          
2.2.3  Masa remaja
Memasuki usia pubertas atau baligh memang bukan sesuatu yang mudah bagi anak. Mereka akan merasa bingung, gelisah, takut dan cemas dengan berbagai perubahan yang mereka alami. Perubahan yang paling menggelisahkan bagi anak adalah perubahan fisik. Terdapat dua tanda ketika anak telah memasuki masa baligh:
1. Ihtilam, yaitu keluarnya mani baik karena mimpi maupun hal lainnya.
وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُواكَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Dan apabila anak-anakmu telah sampai hulm (ihtilam), Maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nuur [24]: 59)
Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi menukil hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud (12/78/4380) dan At-Tirmidzi (1423), dari ‘Ali radhiallahu’anhu dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
“Diangkat pena (tidak dikenakan kewajiban) pada tiga orang; orang yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga ihtilam dan orang gila hingga berakal.”
Hadits tersebut menunjukkan bahwa ihtilam merupakan salah satu sebab dikenakannya kewajiban syari’at terhadap seseorang dan akan mulai dihisabnya seluruh amal perbuatan yang dilakukannya ketika telah mencapai masa tersebut.
2. Tumbuhnya Rambut Kemaluan
Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi juga menukilkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i (Sunan, 2450), Al-Baihaqi (Al-Kubra, 19155) dan Imam Ahmad (Musnad, 21532) dari ‘Athiyyah radhiallahu’anhu,
” Kami dihadapkan kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pada hari Quraizhah (yaitu peristiwa pengkhianatan Bani Quraizhah), di situ orang yang telah tumbuh bulu kemaluannya dibunuh, sedang orang yang belum tumbuh dibiarkan. Aku adalah orang yang belum tumbuh, maka aku dibiarkan.”
Hadits tersebut menunjukkan bahwa tumbuhnya bulu kemaluan merupakan tanda baligh-nya seseorang yaitu telah dibebankan hukum syari’at kepadanya, sehingga orang-orang dari Bani Quraizhah yang telah tumbuh bulu kemaluannya berhak dibunuh karena mereka telah mengkhianati Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Ibnu Qayyim Al-Jauziah -rahimahullahu Ta’alaa- dalam Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud halaman 210 yang dikutip oleh Al-Maghribi bin As-Said Al-Maghribi, menjelaskan tentang bolehnya melihat aurat orang lain jika diperlukan untuk mengetahui baligh tidaknya seseorang serta untuk kebutuhan mendesak lainnya.
Tanda-tanda baligh bagi anak perempuan sama seperti anak laki-laki, namun terdapat tanda khusus yang tidak dialami oleh anak laki-laki yaitu haidh.
Bila anak telah mencapai hulm atau ihtilam maka ia telah sampai pada usia taklif yaitu telah wajib baginya mengerjakan ibadah dan seluruh amalan wajib yang ditentukan syari’at. Adapun usia-usia sebelum masa ihtilam, perintah hanya merupakan pengenalan serta pembiasaan bagi anak agar mereka mencintai syari’at ini.
a.       Mengembangkan bakat dan minat
Sejak kecil bakat yang dimiliki seorang anak telah Nampak. Orang tua hendaknya mengarahkan anak kepada bakatnya. Setelah seorang anak remaja, orang tua juga semestinya terus mengembangkan minat dan bakat anak. PEndidikan ini dijelaskan dalam hadis
ﺤﻖﺍﻠﻮﺍﻠﺩﻋﻟﻰﺍﻟﻮﻟﺩﺃﻦﻴﺤﻳﻥﺍﻠﺴﻤﻪ  ﻮﺃﺮﺑﻪ ﻮﺃﻦﻴﻌﻠﻣﻪﺍﻠﻜﺘﺎﺒﻪ ﻮﺍﻟﺴﺒﺎ ﺤﺔ ﻮﺍﻟﺮﻣﺎﻳﻪﻭﺃﻥﻴﺮ ﺭﻗﻪﺇﻻﻄﻴﺒﺎ ﻭﺃﻥﻴﺰﻮﺟﻪﺈﺰﺍﺃﺫﻙ
Artinya      : Kewajiban orangtua kepada anaknya yaitu memberi nama yang bagus, mengajari sopan santun, baca tulis, berenang dan memanah serta mengawinkannya bila ia telah dewasa (HR. Hakim)

b.                  Mengajarkan etika pergaulan dengan lawan jenis
Pendidikan seksual kapada seorang anak telah dimulai sejak anak masih balita. Pendidikan seksual ini berlanjut kepada masa remaja anak yang sudah mulai mengalami pubertas. Orang tua seharusnya mengajarkan etika pergaulan degan lawan jenis.
ﻋﻥﺍﺒﻥﺒﺍﺵ ﺮﺿﻲﺍﷲﻋﻧﻬﻣﺎﺃﻧﮫﺴﻣﻴﻲﺻﻠﻰﺍﷲﻋﻠﻴﮫ ﻮﺴﻠﻡﻴﻗﻮﻝﻻﻴﺧﻠﻮﻦﺮﺟﻝﺑﺎ ﻣﺮﺃﻩﺍﻻﻮﻣﻌﻬﺎﻣﺤﺮ ﻡﻔﻗﻡﺮ ﺟﻝ ﻔﻗﺎ ﺒﺎﺮﺳﻮﻝ ﷲﺍﻛﺗﺘﺑﺕﻔﻲﻏﺯﻮﺓﻛﺫﺍ ﻮﺧﺮﺠﺕﺍﻤﺭ ﺃﺗﻲﺤﺎﺟﺔﻗﺎﻝ ﺍﺩﻫﺏﻓﺤﺦﻣﺍﺮﺃﺘﻙ٠ ﺼﺤﻳﺡ ﺼﺤﻳﺡ ﺍﻠﺧﺎﺮﻱ۔
Arti:
Dari ABi Abbas R.a beliau mendengar dari nabi saw, beliau berkata laki-laki ……………………………. Dan tidak boleh perempuan berjalnkecuali bersama mukhrimya. Maka laki-laki itu berdiri, maka dia berbicara “HAi rasulullah…………………………. Di dalam peperangan begini dan perempuan keluar dengan keperluannya. Dia(laki-laki) berkata pergi………………… bersama perempuanmu.”
             Melalui pengajaran ini diharapakan anak dapat mengetahui kewajaran dalam bergaulan terhadap lawan jenis. Sehinggga tidak terjadi hal-hal yang berada di luar pagar kewajaran dan dapat mengetahui batasan-batasan dalam pergaulan. Termasuk cara berbicara terhadap lawan jenis, berhadapan dengan lawan jenis dan larangan berdua tanpa muhrim, kecuali dengan alasan mendesak.
2.2.4        Pendidikan masa anak dewasa
            Menikah merupakan kewajiban  untuk seorang dalam hal menyempurnakan agama dan merupakan sunah rasul. Sebelum pernikahan tentunya sesoraang harus memilih calon pendamping hidup. Dalam sutu hadis diriwayatkan bahwa untuk memilih seorang calon suami atau pun calon istri, ada beberapa poin yang perlu di perhatikan.

ﻋﻥﺍﺒﻰﻫﻮﻴﺮﻴﺮﺓﺭﻀﻳﻲﺍﷲﻋﻦﻪﻋﻦﺍﻠﻧﻳﻲۙﺻﺎﻯﺍﷲﻋﻠﻳﻪﻭﺴﻠﻡﻗﺎﻞﺘﻧﻜﺢﺍﻠﻣﺮﺃﻩﻟﺄﺮﺑﻳﻊﻠﻣﺎﻟﻬﺎ ﻭﻠﺤﺴﻳﮭﺎ ﻭﺠﻣﺎﻠﺪﻳﻨﻳﻬﺎﻓﺎﻆﻔﺭﺒﺫﺍﺖﺍﻠﺪﻳﻦﺘﺮﺒﺖﻴﺩﺍﻙﺼﺤﺑﺢﺍﻟﺒﺠﺎﺮﻱ۔﴿ﺝ٦١ ﺹ ۔٣٣ ﴾
aRti:
Dari Abu Hurairah r.a dari nabi saw bersabda nikahilah perempuan karena 4 perkara yaitu hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya, maka pilihlah agamanya karena kamu akan selamat.
            Dari Hadis itu jelaslah bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencari pasangan hidup. Seoranng harus memperhatikan perkara pertama yaitu harta. Karena nanti saat seorang anak perempuan dilepas dan dinikahkan dengan seorang laki-laki, maka laki-laki itu harus mampu menafkahi perempuan yang telah menjadi istrinya. Sama seperti yang dilakukkan ayah si perempuan sebelum mereka menikah. Selain itu fakror keturunan juga harus diperhatikan unutk mencari keturunan yang baik dan tidak terjadi perkawinan sedarah. Baru kemudian agama yang sama tidak boleh dikesampingkan. Melalui factor harta tadi diharapkan dapat menggunakn hartanya demi kebaikan dan memperjuangkan agama.  Dengan demikian sangat penting sekali memperhatikan pendidikan seorang anak.
************************************************************
BAB IIII
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Pendidikan merupakan hal yang diharuskan dalam islam. Orang tua pun harus mendidik anaknya yang merupakn titipan dari Allah swt. Seoarng anak harus didik dan diajarkan banyak hal oleh orang tuanya. PEndidikan seorang anak tidak hanya dimulai dari anak itu balita atau menunggu dia dewasa. Tapi pendidikan sudah dapat dimuaki sejak masih dalam kandungan (masa pranatal). Sesungguhnya Seorang anak sudah mampu mendengar, “melihat” dan “meraba” pada usia 20 minggu! Seorang Ibu tidak  boleh menghina orang lain saat masa hamilnya, bukan karena takut nanti muka sang bayi yang baru lahir akan mirip hewan apalah itu, tapi karena pada saat sang ibu merasa benci ataupun marah ataupun menghina orang lain, sang jabang bayi belajar untuk melakukannya bersama ibu.
Anak memiliki dua dimensi penting yang harus kita perhatikan , yakni Dimensi fisik meliputi pertumbuhan tubuh dan kesehatannya. Sedangkan dimensi rohani atou psikis spriritual meliputi ,Pendidikan akal dan pendidikan ahlaknya. Yang terpenting yang memang patut kita perhatikan , saat anak kita lahir ucapkanlah paling tidak hamdallah sebagai sujud syukur kita ke hadirat Allah swt. Pendidikan seksual kepada anak, tidak hanya saat anak muai dewasa, tetapi sejak dini, sejak balita, anak harus sudah mualai ajarkan.Sangat sedikit orang tua yang menyadari bahwa mereka telah mulai melakukan penggolongan seks terhadap bayi mereka, seperti menentukan warna pink untuk selimut, popok atau pernak-pernik bayi perempuan, dan warna biru untuk bayi laki-laki. Mereka juga mengatur kamar bayi dan memberikan mainan-mainan sesuai dengan jenis kelamin anak. Lambat laun, anak-anak akan mulai belajar mengidentifikasi dan menyesuaikan perilakunya dengan peran seksual yang diberikan oleh orang tuanya serta lingkungannya.
Orang tua disunnahkan mengazankan bayilah ketika sang bayi lahir.Untuk memperdengarkan kalimat Tauhid sebagai pendengarna yang baik. KEmudian orang tua juga hendaknya member nama yang baik sebagi wujud doa harapan baik kepada sang anak. Pendidikan seksual kepada anak, tidak hanya saat anak muai dewasa, tetapi sejak dini, sejak balita, anak harus sudah mualai ajarkan.
Kemudian orang tua wajib mengajari adab yang baik pada anak sejak dini hingga id dewasa dan dapat membedakan antara yang baik dan tidak biak, benar dan tidak benar.
Menanamkan kecintaan kepada Nabi dan mengajarkan anak baca Al-Quran. Pengenalkan sholat kepada anak sejak dini juga seharusnya dilakukan orang tua sejak dini, bahkan sejak usai tujuh tahun dan mulai memisahkan temapt tidur mereka.
Ketika anak sudah sekalah, orang tua hendaknya mengarahkan anka kepada pengembangan minat dan bakatnya. Misalnya mengkursuskan anak sesuai keinginan dan mampuannya atau skill yang suadh tampak sejak ia masih balita. Sebab hal itu cendrung tampak sejak anak masih kecil.
            Perkara lain yang juga perlu diperhatikan adalah mengajarkan etika pergaulan dengan lawan jenis. Dengan demikian, anak dapat mengatahui batasaan-batasan yang boleh dan tidak bole dilakuakan. Bahkan hingga anak akan menikah, orang tua harus membekali anak, memilihkan atau sekadar memberikan masukan yang bik pada anak tentang calon pasangan hidupnya itu.

3.2. Saran
            Hendaknnya kita semua menjalankan apa yang sudah dijabarkan. Untuk para calon orang tua dapat mempelajari masalah pendidikan anak agar ketika menjadi orang tua dapat melaksanakan kewajibannya iu dengan sebaik-baiknya. Dan untuk para orang tua tetap harus mendidik anak bahkan sampai membekali anak sebelum pernikahan.
**********************************************************
DAFTAR PUSTAKA
Zakiah Drajat dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara ,Jakarta, 1996,
Samsul Nizar, M.A,Pengantar Dasar-Dasar PEmikiran Pendidikan Islam, Gaya Media Pratama ,Jakarta, 2001 hal
Muhammad ‘Athiyya Al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar PEndidikan Islam, Pusataka Setia,Bandung,2003


[3] Zakiah Drajat dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara ,Jakarta, 1996, hal 35
      [4] Samsul Nizar, M.A,Pengantar Dasar-Dasar PEmikiran Pendidikan Islam, Gaya Media Pratama
        ,Jakarta, 2001 hal 125
[8] Ibid
[12] Muhammad ‘Athiyya Al-Abrasyi, Prinsip-Prinsip Dasar PEndidikan Islam, Pusataka Setia, 
    Bandung,2003,hal 123


Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini. Nich, Daftar Blog Pendidikan yang laennya,, tinggal klik aja. Mudah-Mudahan bisa membantu dan memberi informasi. Semoga bermanfaat. . .


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa tinggalin jejak Komen nya. . . Semoga Info nya Bermanfaat. Dan Tinggalin Jejak Like nya ea. Makasih (^,^)

recent Comments Guys...

About Me

Foto saya
Assalamualaikum.w.w Ada nya blog ini untuk saling share. Let's share each others. Buat nambah info n pengetahuan. Kalo ada Kekurangan Sana Sini di Blog ini, Tolong kritik and sarannya iyyach. Bukan sekedar kritik, tapi ada solusi yang membangun. I’m not perfect one. But, I’ll do Best for everything. I'm simple one. I believe I can, then I do...

Like This Sist,Bro

Thanks for Visitting.